A. Persyaratan Terbentuknya Wacana
Tarigan
(2009:19) menyebutkan wacana ialah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi
atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang
tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata
disampaikan secara lisan dan tertulis. Dari pengertian ini sudah diketahui
bahwa wacana memiliki syarat dari ungkapan “dengan koherensi dan kohesi yang
berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata,” dapat ditemukan
syarat, yakni koherensi dan kohesi.
Akan
tetapi itu saja tidak cukup untuk memenuhi syarat dari terbentuknya wacana. Oka
dan Suparno (1994: 260-270) menyebutkan jika wacana akan terbentuk bila
memenuhi tiga syarat pokok, yakni topik, tuturan pengungkap topik, serta kohesi
dan koherensi. Sedangkan menurut Widowson
(1978:22) wacana mempunyai dua
hal penting, yaitu proposisi (sejajar dengan topik) dan tindak tutur (tuturan
pengungkap topik).
Berikut ini
penjabaran beberapa hal yang menjadi prasyaratan wacana.
1. Topik.
Sebuah wacana mengungkapkan satu bahasan atau gagasan. Gagasan
tersebut akan diurai, membentuk serangkaian penjelasan tetapi tetap merujuk
pada satu topik. Sehingga topik yang diangkat atau yang dimaksud memberikan
suatu tujuan. Tujuan-tujuan yang teradapat dalam wacana, dapat dikelompokkan
menjadi beberapa jenis wacana. Seperti wacana persuasif, tujuannya untuk
mempengaruhi pembaca. Atau bisa berupa simbol huruf P pada rambu-rambu lalu
lintas, memberikan tujuan menginformasikan pengguna jalan, bahwa tempat
bersimbol P, adalah tempat parkir.
2. Kohesi dan Koherensi
2. Kohesi dan Koherensi
Sebuah wacana biasanya
ditata secara serasi dan ada kepaduan antara unsur yang satu dengan yang lain
dalam wacana (kohesi), sehingga tercipta pengertian yang baik (koherensi).
Unsur kohesi tersebut misalnya dicapai dengan hubungan sebab-akibat, baik
antarklausa maupun antarkalimat (Depdikbud, 1988:343-350). Kekohesifan
dalam suatu wacana dapat diperoleh dari penggunaan dalam memadukan beberapa
aspek gramatikal (seperti; konjungsi,
elipsi, kata ganti, dan lain-lain), aspek semantik, dan aspek kebahasaan
lainnya.
3. Proporsional
3. Proporsional
Prosorsional yang dimaksud ialah keseimbangan dalam makna yang
ingin dijabarkan dalam wacana, atau makna yang terdapat dalam wacana, ialah
seimbang. Misalnya apabila sebuah wacana persuasif, wacana yang mempengaruhi
pembaca untuk membeli suatu produk, maka dalam wacana tersebut harus terdapat
kesinambungan yang tepat antara paragraf yang satu dengan yang lain. apabila
paragraf pertama terdapat beberapa tuturan yang mempengaruhi pembaca dengan
satu topik, maka paragraf kedua juga harus tetap meruju pada satu topik dan
dimungkinkan lebih merujuk pada hal yang khusus. Sehingga antara paragraf yang
satu dengan yang lain padu dan tidak membingungkn pembaca.
4. Tuturan
Tuturan
yang dimaksud adalah pengungkapan suatu topik yang ada dalam wacana. Baik tutur
tulis atau tutur lisan. tuturan kaitannya menjelaskan suatu topik yang terdapat
dalam wacana dengan tetap adanya kohesi dan koherensi yang proporsional di
dalamnya.4. Tuturan
SEMOGA BERMANFAAT
http://laukhilmahfidiyah.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar