STKIP PGRI JOMBANG ( PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2012 C )

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 22 Mei 2015

ANALISIS WACANA BERDASARKAN BEBERAPA AHLI

ANALISIS WACANA BERDASARKAN BEBERAPA AHLI
Pengertian analisis wacana menurut para ahli :
1.      Aliran Kritis
Analisis wacana adalah upaya untuk mendapatkan kontelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.
2.      Aliran Positivisme, Empirisme
Analisis wacana adalah gambaran tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama.
3.      Brown (1983: 1)
Analisis wacana adalah penggunaan bahasa yang tidak dibatasi pada bentuk-bentuk linguistik yang terlepas dari tujuan-tujuan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan manusia.
4.      Cook
Analisis wacana adalah kajian yang embahas tentang wacana.
5.      Deboran Schiffrin
Analisis wacana adalah upaya menemukan konstituen-konstituen (unit-unit linguistik yang lebih kecil) yang memiliki hubungan tertentu antar konstituen dalam sejumlah tatanan yang terbatas.
6.      Firth
Analisis wacana adalah usaha memahami makna, tuturan dalam konteks, teks dan situasi.
7.      Labov
Analisis wacana adalah analisis yang berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindak berbahasa.
8.      Mc Carthy (1993)
Analisis wacana adalah studi tentang hubungan antara bahasa dan konteks pemakainya.
9.      Stubbs (1983: 1)
Analisis wacana adalah suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulisan maupu lisan.
10.  Widdowson
Analisis wacana adalah pembahasan kaidah pemakaian bahasa di dalam masyarakat.
Dari beberapa pendapat ahli linguistik di atas, penyusun dapat memberi kesimpulan bahwa analisis wacana memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Bentuk kajian tentang pembahasan wacana.
b.      Bersifat alamiah baik dalam bentuk tulisan maupun lisan.
c.       Bersifat interpretatif-pragmatis baik bahasanya maupun maksudnya.
d.      Inferensif, yaitu mempunyai simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya.
e.       Wujud bahasa yang lebih jelas, karena didukung oleh situasi yang tepat.
f.       Upaya untuk menangkap makna dari penyapa (addressor) kepada pesapa (addressee)
g.      Upaya untuk mengetahui konstelasi kekuatan dalam proses produksi dan reproduksi makna.
Pengertian Wacana Menurut Beberapa Ahli Bahasa
Pengertian Wacana Menurut Beberapa Ahli Bahasa :
1.    Aminuddin
Wacana adalah kesuluruhan unsur-unsur yang membangun perwujudan paparan bahasa dalam peristiwa komunikasi. Wujud konkretnya dapat berupa tuturan lisan maupun teks tulis. Lebih lanjut, ia menyatakan ruang lingkup analisis wacana selain merujuk pada wujud objektif paparan bahasa berupa teks, juga berkaitan dengan dunia acuan, konteks, dan aspek pragmatik yang ada pada penutur maupun penanggap.
2.    Soeseno Kartomihardjo
Soeseno Kartomihardjo menyatakan bahwa analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat dan lazim disebut wacana. Unit yang dimaksud dapat berupa paragraf, teks bacaan, undangan, percakapan, cerpen, dan sebagainya. Analisis wacana berusaha mencapai makna yang persis sama atau paling tidak sangat dekat dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan atau oleh penulis dalam wacana tulisan. Analisis wacana banyak menggunakan pola sosiolinguistik, suatu cabang ilmu bahasa yang menelaah bahasa di dalam masyarakat.
3.    Michael Stubbs
Stubbs  menyatakan bahwa analisis wacana merujuk pada upaya mengkaji pengaturan bahasa di atas kalimat atau klausa, dan karenanya mengkaji satuan-satuan kebahasaan yang lebih luas, seperti pertukaran percakapan atau teks tulis. Analisis wacana juga memperhatikan bahasa pada waktu digunakan dalam konteks sosial, dan khususnya interaksi atau dialog antar penutur.
4.    Jan Renkema
Renkema  mengemukakan studi wacana adalah disiplin ilmu yang ditekuni untuk mencari hubungan antara bentuk dan fungsi di dalam komunikasi verbal. Studi wacana merupakan disiplin ilmu linguistik yang bertujuan menyelidiki bukan saja hubungan antara bentuk dan makna, melainkan juga keterkaitan antara bentuk dan fungsi bahasa di dalam komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai sarananya.
5.    Abdul Chaer
Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana dikatakan lengkap karena di dalamnya terdapat konsep, gagasan, pikiran atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau oleh pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Wacana dikatakan tertinggi atau terbesar karena wacana dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan kewacanaan lainnya (kohesi dan koherensi). Kekohesian adalah keserasian hhubungan antar unsur yang ada. Wacana yang kohesif bisa menciptakan wacana yang koheren (wacana yang baik dan benar)
6.    B.H.Hoed
Wacana adalah suatu bangun teoritis yang bersifat abstrak. Wacana dikaji sebagai bangun teoritis yang memperlihatkan hubungan antara satu proposisi atau sejumlah proposisi dengan kerangka acuannya yang berupa konteks dan sittuasi. Dalam batasan tersebut, B.H.Hoed membedakan antara wacana yang bersifat abstrak dan termasuk dalam tataran langue dengan teks yang bersifat konkret (merupakan realisasi wacana) dan termasuk dalam tataran parole.
7.    Bambang Yudi Cahyono
Analisis wacana adalah ilmu yang mengkaji organisasi wacana di atas tingkat kalimat atau klausa. Wacana dibentuk dari satuan bahasa di atas klausa atau kalimat, baik lisan seperti percakapan maupun tulis seperti teks-teks tertulis.
8.    Norman Fairclough
Wacana adalah pemakaian bahasa tampak sebagai sebuah bentuk praktek sosial, dan analisis wacana adalah analisis mengenai bagaimana teks bekerja/berfungsi dalam praktek sosia-budaya. Dalam hal ini Fairclough memandang wacana sebagai bentuk praktek sosial yang terungkap melalui pemakaian bahasa. Dengan demikian analisis wacana berusaha menjelaskan bagaimana bahasa (teks) berfungsi mengungkapkan realitas sosial budaya. Aspek-aspek yang dikaji meliputi bentuk, struktur, dan organisasi teks mulai dari tataran yang terendah fonologi (fonem), gramatika (morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat), leksikon (kosakata), sampai dengan tataran yang lebih tinggi seperti sistem pergantian percakapan, struktur argumentasi, dan jenis-jenis aktivitas.
9.    Gillian Brown dan George Yule
Analisis wacana adalah analisis atas bahasa yang digunakan. Analisis wacana bertitik tolak dari segi fungsi bahasa, artinya analisis wacana mengkaji untuk apa bahasa ittu digunakan. Di dalam analisisnya kedua ahli tersebut memfokuskan pada dua fungsi utama : (1) fungsi transaksional, yaitu fungsi bahasa unttuk mengungkapkan isi, dan (2) fungsi interaksional, yaitu fungsi bahasa yang terlibat dalam pengungkapan hubungan-hubungan sosial dan sikap-sikap pribadi.
10.    Michael Mc Carthy
Analisis wacana berkaitan dengan studi tentang hubungan antara bahasa dengan konteks dalam pemakaian bahasa. Analisis wacana mempelajari bahasa dalam pemakaian : semua jenis teks tetulis dan data lisan, dari percakapan sampai dengan bentuk-bentuk percakapan yang sangat melembaga. Analisis wacana mencakup studi tentang interaksi lisan atau tulis. Senada dengan Brown dan Yule, Carthy juga berpandangan bahwa analisis wacana menekankan pada hubungan antara bahasa dengan konteks dalam pemakaian bahasa, baik berkenaan dengan teks tertulis maupun data lisan.
11.    Malcolm Coulthard
Terlihat adanya perbedaan penggunaan istilah antara wacana lisan dengan teks tulisan, tetapi perbedaan tersebut tidak berlaku secara universal. Istilah teks lebih mengacu pada lisan, sedangkan istilah wacana lebih mengacu pada tulisan.
12.    Jusuf Syarif Badudu
Wacana adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Wacana adalah kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi tinggi yang berkesinambungan, yang mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis.
13.    I. Praptomo Baryadi
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, kutbah, dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari segi bentuk bersifat kohesif, saling terkait dan dari segi makna bersifat koheren, terpadu.
14.    Harimurti Kridalaksana
Harimurti Kidalaksana mengungkapkan wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar dalam hierarki gramatikal. Namun, dalam realisasinya wacana dapat berupa karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat, frase, bahkan kata yang membawa amanat lengkap.
15.    Crystal
Menurut Crystal, Dalam bidang linguistik, wacana berarti rangkaian sinambung kalimat yang lebih luas daripada kalimat, sedangkan dari sudut psikolinguistik, wacana merupakan suatu proses dinamis pengungkapan dan pemahaman yang mengatur orang dalam interaksi kebahasaan.
SEMOGA BERMANFAAT

Hakikat analisis wacana

Pengertian Analisis Wacana
Istilah wacana digunakan oleh para linguis Indonesia sebagai terjemahan dari istilah bahasa Inggris discourse. Dari istilah wacana itu lahirlah istilah analisis wacana (discourse analysis).
Pengertian analisis wacana dikemukakan oleh beberapa ahli. Pada umumnya para ahi mengemukakan,  pengertian analisis wacana melalui cara membandingkan dengan batasan wacana. Beberapa ahli menyebutkan bahwa batasan pengertian analisis wacana adalah analisis atas bahasa yang digunakan atau bahasa dalam konteks sosial pemakaian bahasa.
Stubbs di dalam Discourse Analysis: The Sociolinguistic Analysis of Natural Language(1984:1) mengemukakan pendapatnya tentang analisis wacana, sebagaimana berikut ini.
“ (Analisis wacana) merujuk pada upaya mengkaji pengaturan bahasa di atas klausa dan kalimat, dan karenanya juga mengkaji satuan-satuan kebahasaan yang lebih luas. Seperti pertukaran percakapan atau bahasa tulu\is. Konsekuensinya, analisis wacana juga memperhatikan bahasa pada waktu digunakan dalam konteks sosial, khususnya interaksi antarpenutur”.
Menurut  Stubbs (1983) analisis wacana merujuk pada upaya mengkaji penggunaan bahasa di atas kalimat atau klausa; dan oleh karenanya, analisis wacana mengkaji satuan-satuan kebahasaan yang lebih luas seperti percakapan (wacana lisan) atau teks tulis.
Berdasarkan beberapa pengertian analisis wacana tersebut, pengertian analisis wacana membahas bagaimana pemakai bahasa mencerna apa yang ditulis oleh para penulis dalam buku-buku teks, memahami apa yang disampaikan penyapa secara lisan dalam percakapan, dan dengan mngemukakan pula konteks yang menyertai teks. Dengan demikian analisis wacana berupa upaya  menafsirkan suatu wacana yang tidak terjangkau oleh semantik tertentu maupun sintaksis.
Sejarah Analisis Wacana
Sejarah analisis wacana dalam tulisan ini mengambil intisari dari paparan yang dikemukakan  Abdul Rani, Bustanul Arifin, dan Martutik (2008), Mulyana (2005) dan Sri Utari Subyakto Nababan (2000). Berdasarkan uraian yang telah mereka kemukakan, dapat diketahui bahwa hingga akhir tahun 1960-an, pada umumnya kajian bahasa masih berorientasi pada kawasan mikrolinguistik, yaitu kajian bahasa yang menelaah masalah bahasa secara internal bahasa, yakni kajian tentang tata kalimat (sintaksis); morfologi, dan tata bunyi (fonologi).
Dalam sejarah perkembangannya, seorang linguis kenamaan bernama Zellig S. Harris menyatakan ketidak puasannya terhadap “tata bahasa kalimat”. Selanjutnya artikel “Discourse Analysis” yang dimuat di majalah Language nomor 28:1-3 dan 474-494  dipublikasikannya. Dalam tulisannya itu, Harris mengemukakan argumentasi tentang perlunya mengkaji bahasa secara komprehensif, tidak hanya berhenti pada aspek internal-struktural semata tetapi aspek eksternal bahasa juga perlu dikaji untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas.
Seperti yang diungkapkan oleh Dede Oetomo, pernyataan Harris tersebut agak melawan arus aliran linguistik yang berkembang di Amerika yaitu aliran strukturalisme buah pikiran Bloomfield (1887-1949) yang dengan tegas memisahkan kajian sintaksis dari semantik dan hal-hal lain di luar kalimat (dalam Mulyana, 2005:67).
Awal tahun 1970-an mulai berkembang kajian bahasa yang menitikberatkan pada bidang makrolinguistik, yaitu telaah bahasa di atas tataran kalimat atau klausa. Dalam kajian makrolinguistik, orang akan mempermasalahkan bagaimana kalimat satu berhubungan dengan kalimat lain secara kohesif dan koheren untuk membentuk satuan kebahasaan yang lebih besar.  Salah satu bentuk kajian makrolinguistik adalah analisis wacana (discourse analysis).
Sementara itu, di Amerika muncul pendekatan sosiolinguistik yang dipelopori oleh Dell Hymes, yang antara lain  mengkaji masalah percakapan, komunikasi, dan bentuk sapaan, yang nantinya berkembang menjadi kajian wacana yang lebih luas. Ia berpandangan agak berbeda dengan pendahulunya, yaitu Chomsky. Keberterimaan menurut Chomsky (1965) berbeda dengan keberterimaan menurut Hymes (1987). Melalui teorinya, Tatabahasa Generatif (Generative Grammar), Chomsky berpandangan bahwa kalimat yang gramatikal adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah kebahasaan, menurut aturan atau sistem bahasa yang berlaku pada bahasa itu; sedangkan kalimat yang berterima adalah kalimat yang lebih cenderung dipilih untuk digunakan, lebih mudah dipahami, dan lebih alami. Bagi Hymes, kalimat yang berterima merupakan kalimat yang penggunaannya telah sesuai dengan konteks pemakaiannya.
Data dalam Analisis Wacana
Data dalam analisis wacana adalah wacana yang merupakan satuan  bahasa. Satuan bahasa  dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Abdul Rani,Bustanul Arifin, dan Martutik(2006: 9) menyebutkan bahwa wacana dapat berbentuk lisan atau tulis. Lebih jelas mereka mengemukakan bahwa data dalam analisis wacana selalu berupa teks baik teks lisan maupun tertulis. Brown and Yule (1996: 6) juga memakai teks sebagai istilah teknis untuk mengacu pada rekaman verbal tindak komunikasi. Mereka juga menjelaskan tentang realisasi teks yang terdiri atas teks tertulis dan lisan. Halliday dan Ruqaya Hasan ( 1994 :13) mengemukakan bahwa teks adalah bahasa yang berfungsi. Yang dimaksud fungsi adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas- tugas tertentu dalam konteks situasi. Berdasarkan pengertian teks tersebut, semua bahasa yang mengambil bagian tertentu dalam konteks situasi akan disebut teks. Bahasa tersebut mugkin dalam bentuk tutur dan tulis.
Sri Utari Subyakto Nababan (2000) mengemukakan bahwa ruang lingkup analisis wacana dewasa ini sudah sangat luas. Kemudian dalam bukunya, Sri Utari subyakto Nababan memfokuskan ruang lingkup analisis wacana dalam bentuk analisis wacana lisan dan tulisan sebagaimana dikemukakan oleh Brown and Yule.
Selanjutnya Halliday dan Ruqaya Hasan (1994 :97) menjelaskan bahwa kesatuan adalah sifat teks yang sangat penting dan struktur suatu teks berkaitan erat dengan konteks situasi. Atas dasar kaitan konteks dengan teks sebagai data dalam wacana, konteks juga merupakan data yang dipelajari dalam analisis wacana. Konteks dan bahasa tuturan maupun bahasa tertulis adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut didukung oleh pendapat beberapa ahli mengenai kajian analisis wacana.
Tentang fokus kajian analisis wacana,  McCharthy (1997: 5) menyertakan konteks dalam telaah wacana. Ia menyebutkan bahwa discourse analysis is concerned with the study of the relationship between language and the context  which it is use.  Analisis wacana mempelajari hubungan antara bahasa dan konteks yang melatarbelakanginya. Pendapat tersebut didukung  oleh Nunan bahwa konteks adalah konsep penting dalam analisis wacana. Nunan(1993: 7) menyebutkancontext is an important concept in discourse analysi. Kategori konteks bahasa yang menjadi ranah analisis wacana disebutkan pula oleh McCharthy(1997: 5), yakni … written texts of all kinds, and spoken data, from conversation to highly institutionalized forms to talk.



SEMOGA BERMANFAAT

Wacana Narasi, Deskripsi, Eksposisi, Persuasi, dan Argumentasi


Berdasarkan bentuk atau jenisnya, wacana dibedakan menjadi lima.  Wacana narasi, deskripsi, eksposisi, persuasi dan argumentatif. Berikut penjelasanya:
1.        Wacana Narasi 
Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi dapat berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif. Unsur-unsur penting dalam  sebuah narasi adalah kejadian, tokoh, konfik, alur/plot, serta latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
2.      Wacana Deskripsi 
Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan/suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulisnya. Untuk mencapai kesan yang sempurna bagi pembaca, penulis merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan. Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu deskripsi Imajinatif/Impresionis dan deskripsi faktual/ekspositoris.
3.      Wacana Eksposisi
Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran.Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu menentukan objek pengamatan, menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi, mengumpulkan data atau bahan, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola penyajian urutan topik yang ada dan urutan klimaks dan antiklimaks.
4.      Wacana Persuasi
Wacana persuasi merupakan wacana yang berisi imbauan atau ajakan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu seperti yang diharapkan oleh penulisnya. Oleh karena itu biasanya disertai penjelasan dan fakta-fakta sehingga meyakinkan dan dapat mempengaruhi pembaca.
Pendekatan yang dipakai dalam persuasi adalah pendekatan emotif yang berusaha membangkitkan dan merangsang emosi.
Contoh :
a.       Propaganda kelompok / golongan, kampanye
b.      Iklan dalam media massa
c.       Selebaran, dsb
5.      Wacana Argumentasi
Karangan  argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap,  atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang.Tahapan menulis karangan argumentasi, yaitu menentukan tema atau topik permasalahan, merumuskan tujuan penulisan, mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.



SEMOGA BERMANFAAT

Senin, 27 April 2015

JENIS JENIS WACANA

Ragam wacana dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dapat berdasarkan media komunikasi, dan peserta komunikasi.
A.    Berdasarkan Media Komunikasi
Dilihat berdasarkan media komunikasi, wacana dapat dipilah menjadi dua, yaitu wacana tulis dan wacana lisan.
1.        Wacana tulis
Adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Sampai saat ini tulisan masih merupakan media yang sangat efektif dan efisien untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, dll.
2.        Wacana Lisan
Adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dalam bahasa verbal. Jeis wacana ini sering disebut sebagai tuturan atau ujaran.
Kedua jenis wacana tersebut memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan tersebut menjadi ciri bagi keduanya dan dapat dituliskan menjadi delapan poin sebagai berikut.
1.    kalimat dalam wacana lisan kurang terstruktur, dan tidak lengkap, bahkan hanya susunan frasa, sementara wacana tulis kalimatnya lebih terstruktur.
2.    penataan subordinatif bahasa dalam wacana lisan lebih sedikit dibanding penataan subordinatif bahasa dalam wacana tulis.
3.    wacana lisan jarang menggunakan kata hubung karena pendengar dan pembicara sudah sama-sama paham tanpa itu, sementara wacana tulis sering menggunakan kata hubung untuk memadukan ide satu dengan ide yang lainnya.
4.    dalam wacana lisan jarang digunakan frasa benda yang panjang, sementara wacana tulis justru menggunakannya untuk menggembungkan isi tulisan.
5.    kalimat dalam wacana lisan cenderung berstruktur topik-komen, begitu seorang pembicara menyampaikan sebuah topik, maka pendengar memberikan sebuah komentar. Berbeda dengan itu, wacana tulis menggunakan struktur subjek-predikat, sering mendahulukan subjek kemudian diikuti predikat agar disebut kalimat yang lengkap.
6.    ketika menyampaikan wacana lisan, penutur dapat memperhalus struktur kalimat yang kurang tepat saat itu juga, sementara dalam wacana tulis tidak dapat demikian, revisi kalimat perlu dilakukan secara berkala.
7.    wacana lisan, khususnya dalam percakapan sehari-hari, seseorang akan lebih sering menggunakan kosakata umum yang mudah dimengerti oleh lawan bicara dari berbagai kalangan. Sementara itu, wacana tulis lebih sering menggunakan istilah teknis yang bermakna khusus karena wacana tulis kebanyakan ditujukan kepada golongan akademisi.
8.    dalam wacana lisan sering diulang-ulang satu bentuk sintaksis yang sama dan digunakan pula sejumlah “filler” untuk memendekkan kalimat, sementara dalam wacana tulis hal tersebut justru dianggap pemborosan (tidak efisien).

B.     Berdasarkan Peserta Komunikasi
Berdasarkan peserta komunikasi, wacana dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu monolog, dialog, dan polilog.
1.      Monolog merupakan pembicaraan searah, pendengar tidak bisa langsung menanggapi apa yang disampaikan oleh pembicara.
2.      Dialog merupakan pembicaraan dua arah (timbal-balik) yang dilakukan oleh dua orang dan diantara keduanya terjadi pergantian peran, yang semula menjadi pembicara kemudian menjadi pendengar, dan sebaliknya.
3.      polilog menuntut adanya pergantian peran dan hubungan timbal balik, namun polilog tidak hanya dilakukan oleh dua orang melainkan lebih dari itu, mulai 3, 4, 5 orang dan seterusnya. Kemiripan yang dimiliki oleh dialog dan polilog menyebabkan keduanya memiliki prinsip yang serupa sebagai berikut. Tugas seorang pendengar, minimal: memperhatikan dan memahami ujaran pembicara, dan mengidentifikasi objek, individu, ide, peristiwa, serta hubungan semantik antara referensi dan topik. Tugas seorang pembicara, minimal: mgucapkan ujaran dengan jelas, dan menyediakan informasi yang memadai. Selain itu juga terdapat prinsip kerjasa, yaitu: kuantitas sesuai yang diperlukan, kualitas yang benar saja, relasi sesuai dengan yang dibicarakan, dan cara yang jelas, sederhana, ringkas, runtut, dan tak mendua arti. Fadillah (2012:8) membedakan jenis wacana bedasarkan jenis pemakaian menjadi dua, yaitu wacana monolog (bersifat satu arah) dan wacana dialog (bersifat dua arah).

Demikian ragam wacana dilihat dari sudut media komunikasi, dan peserta komunikasi.



SEMOGA BERMANFAAT

Analisis Praanggapan, Implikatur, Inferensi, Referensi Dan Deiksis Pada Koran Jawa Pos (Mr. Pecut ) Edisi 13-19 April 2015


v  Mr. Pecut 13 april 2015
Ø  Untuk cegah bisnis narkoba, Nusakambangan perlu pendeteksi sinyal
Mending pendeteksi sipir nakal...
Situasi dalam wacana di atas menyatakan bahwa  di Nusakambangan telah terjadi bisnis narkoba dan akan diadakan pendeteksi sinyal
·         Praanggapan
Pihak Nusakambangan memerlukan alat pendeteksi untuk pencegahan bisnis narkoba.
·         Implikatur
Sebaiknya dari dulu pihak Nusakambangan sudah memiliki alat pendeteksi sinyal agar bisa mengurangi aktifitas bisnis narkoba.
·         Inferensi
Untuk mencegah bisnis narkoba yang terjadi di Nusakambangan pihak Nusakambangan perlu mengadakan pendeteksi sinyal terutama pada sipir yang nakal.
Dalam wacana tersebut tidak terdapat Referensi dan Deiksis

Ø  Pemerintah siapkan cadangan pangan.
Rakyat silahkan siapkan cadangan kesabaran…
Situasi dalam wacana di atas menyatakan bahwa Pemerintah akan menyiapkan cadangan bahan pangan untuk rakyat.
·         Praanggapan
Rakyat mulai kehabisan pangan
·         Implikatur
1.      Rakyat harus bersabar menghadapi situasi itu
2.      Pemerintah sesegera mungkin menyiapkan cadangan pangan agar rakyat tidak terus-terusan menderita.
·         Inferensi
Rakyat perlu bersabar selagi pemerintah menyiapkan cadangan pangan.
·         Referensi
Pada kalimat kedua mengacu pada kalimat pertama, memiliki referensi yang bersifat endofora yang anafora (merujuk silang pada unsur yang disebut terdahulu). Kalimat Rakyat silahkan siapkan cadangan kesabaran… sebagai unsur anafora dapat merujuk silang pada kalimat sebelumnya yaitu “pemerintah siapkan cadangan pangan”.
Dalam wacana tersebut tidak terdapat Deiksis

v  Mr. Pecut 14 april 2015
Ø  Pedagang keluhkan kualitas beras Bulog jelek.
Emangnya pernah bagus ya?
Situasi dalam wacana di atas menyatakan bahwa pedagang mengeluhkan tentang kualitas beras Bulog yang jelek.
·         Praanggapan
Sebelumnya pedagang tidak pernah mengeluhkan tentang kualitas beras Bulog
·         Implikatur
Pemerintah sebaiknya memperbaiki kualitas beras Bulog
·         Inferensi
Pedagang mengeluhkan kualitas beras Bulog yang selalu jelek
·         Referensi
Pada kalimat (2), unsur ‘nya’ mengacu pada ‘kualitas beras Bulog’, memiliki referensi yang bersifat endofora yang anafora (merujuk silang pada unsur yang disebut terdahulu). Unsur ‘nya’ sebagai unsur anafora dapat merujuk silang pada ‘Pedagang (yang mengeluhkan kualitas beras Bulog).
·         Deiksis
Deiksis wacana penunjuk anafora yaitu kata “nya” pada kalimat kedua yang merujuk pada kualitas beras Bulog.
  
Ø  DPR minta tambahan pengamanan hampir dua kali lipat.
Biar saat sidang bisa tidur lebih tenang…
Situasi dalam wacana di atas menyatakan bahwa DPR meminta penambahan pengamanan dua kali lipat.
·         Praanggapan
Pengamanan DPR kurang maksimal
·         Implikatur
Seharunya Pengamanan DPR tak perlu ditambah dua kali lipat kalau cuma untuk menjaga saat tidur di saat sidang.
·         Inferensi
DPR meminta penambahan keamanan sampai dua kali lipat.
·         Referensi
Pada kalimat (2), kata ‘saat sidang’ mengacu pada ‘tambahan pengamanan, memiliki referensi yang bersifat endofora yang anafora (merujuk silang pada unsur yang disebut terdahulu).
·         Deiksis
Deiksis penunjuk waktu pada kata “biar saat sidang bisa tidur lebih tenang” yang merujuk pada permintaan pengamanan untuk DPR.

v  Mr. Pecut 15 april 2015
Ø  Sejumlah daerah tak siap dana, pilkada terancam tidak serentak.
Yang serentak paling gugat-menggugatnya…
Situasi dalam wacana di atas menyatakan bahwa sejumlah daerah tak punya dana untuk pilkada, akibatnya pilkada terancam tidak diselenggarakan serentak.
·         Praanggapan
Pilkada terancam tidak serentak dikarenakan sejumlah daerah tidak punya dana.
·         Implikatur
Sejumlah daerah dalam menyelenggarakan pilkada diharapkan serentak, bukan hanya kalau dalam menggugat saja.
·         Inferensi
Penyelenggaraan pilkada terancam tidak serentak karena sejumlah daerah tidak mempunyai dana.
·         Referensi
Pada kalimat (2), unsur ‘nya’ mengacu pada ‘pilkada’, memiliki referensi yang bersifat endofora yang anafora (merujuk silang pada unsur yang disebut terdahulu). Unsur ‘nya’ sebagai unsur anafora dapat merujuk silang pada ‘sejumlah daerah (yang tak siap dana).
·         Deiksis
Deiksis wacana penunjuk anafora yaitu kata “nya” pada kalimat kedua yang merujuk pada sejumlah daerah.

Ø  Target pertumbuhan ekonomi masih dibawah janji kampanye.
Soal janji kampanye, langit saja kalah tinggi kok…
Situasi dalam wacana di atas menyatakan bahwa Target pertumbuhan ekonomi masih dibawah janji kampanye.
·         Praanggapan
Pertumbuhan ekonomi belum sesuai target yang diinginkan
·         Implikatur
Sebaiknya para anggota kampanye dalam target pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak cuma mengumbar janji-janji saja.
·         Inferensi
Sampai saat ini para anggota kampanye hanya masih menjanjikan pertumbuhan ekonomi sesuai target
Dalam wacana tersebut tidak terdapat Referensi dan Deiksis

v  Mr. Pecut 16 april 2015
Ø  Unas bocor di Perum Percetakan Negara.
Inilah bocor yang paling resmi…
Situasi dalam wacana di atas menyatakan bahwa terjadi kebocoran unas di Perum Percetakan Negara.
·         Praanggapan
Unas bocor secara resmi di Perum Percetakan Negara
·         Implikatur
Tidak seharusnya unas bisa bocor, apalagi bocornya malah di Perum Percetakan Negara.
·         Inferensi
Telah terjadi kebocoran unas di Perum Percetakan Negara.
·         Deiksis
Deiksis penunjuk tempat kata “inilah” yang mengacu pada kalimat pertama yaitu “di Perum Percetakan Negara”
Dalam wacana tersebut tidak terdapat Referensi

Ø  Pertamina akan mengeluarkan bensin jenis baru.
Terserah, asal nggak bikin masalah baru…
Situasi dalam wacana di atas menyatakan bahwa Pertamina akan mengeluarkan bensin jenis baru.
·         Praanggapan
Pertamina belum bertindak apa-apa.
·         Implikatur
Pertamina seharusnya menindak lanjuti tentang pengeluaran bensin jenis baru bukan mengeluarkan masalah baru
·         Inferensi
Rakyat tidak mau ada masalah lagi tentang pertamina dan tidak perduli dengan pernyataan pihak pertamina yang akan mengeluarkan bensin jenis baru.
Dalam wacana tersebut tidak terdapat Referensi dan Deiksis

v  Mr. Pecut 17 april 2015
Ø  Mendikbud: pembocor soal unas adalah pengkhianat.
Layak diikutkan eksekusi tahap dua…
Situasi dalam wacana di atas menyatakan bahwa Mendikbud mengatakan kalau pembocor soal unas merupakan  pengkhianat.
·         Praanggapan
Mendikbud mengatakan bahwa pengkhianat adalah pembocor soal unas
·         Implikatur
Pembocor soal unas merupakan kejahatan, jadi Mendikbud layak mengeksekusi sampai tahap kedua.
·         Inferensi
Mendikbud layak mengeksekusi sampai tahap kedua kepada pembocor soal unas.
Dalam wacana tersebut tidak terdapat Referensi dan Deiksis

Ø  TNI janji setia ke Jokowi sampai selesai.
Bukan janji kampanye, jadi layak dipercaya…
Situasi dalam wacana di atas menyatakan bahwa TNI berjanji akan setia ke Jokowi sampai selesai.
·         Praanggapan
TNI setia kepada pemerintah
·         Implikatur
Seorang TNI harus setia dan membela negara sampai akhir jabatannya.
·         Inferensi
Janji TNI untuk mengabdi kepada pemerintahan hingga akhir jabatannya.
Dalam wacana tersebut tidak terdapat Referensi dan Deiksis
  
v  Mr. Pecut 18 april 2015
Ø  KPK ingin rujuk dengan Kapolri baru.
Jangan ada lagi cicak buaya diantara mereka…
Situasi dalam wacana di atas menyatakan bahwa KPK berencana ingin rujuk dengan Kapolri baru
·         Praanggapan
KPK dan Kapolri masih berseteru
·         Implikatur
KPK dan Kapolri sebaiknya segera mungkin berdamai, jangan saling mencari kesalahan diantara keduanya.
·         Inferensi
KPK ingin berdamai dan mengakhiri semua masalah dengan pihak Kapolri
·         Referensi
Pada kalimat (2), kata ‘mereka’ mengacu pada ‘KPK dan Kapolri’, memiliki referensi yang bersifat endofora yang anafora (merujuk silang pada unsur yang disebut terdahulu). Kata ‘mereka’ sebagai unsur anafora dapat merujuk silang pada KPK dan Kapolri (yang ingin rujuk atau berdamai).
·         Deiksis
Deiksis penunjuk orang pada kata “mereka” yang mengacu pada kalimat pertama yaitu KPK dan Kapolri.

Ø  Pesawat F-16 hibah dari AS terbakar.
Maklum, barang bekas dan sudah tua, rawan celaka…
Situasi dalam wacana di atas menyatakan bahwa Pesawat F-16 pemberian AS terbakar
·         Praanggapan
Pesawat F-16 pemberian AS terbakar karena kondisinya yang sudah tua
·         Implikatur
AS sebaiknya melihat kondisi pesawat F-16 terlebih dahulu sebelum menghibahkannya.
·         Inferensi
Terjadi kebakaran pada Pesawat F-16 pemberian AS diakibatkan kondisi fisik pesawat yang sudah tua.
Dalam wacana tersebut tidak terdapat Referensi dan Deiksis

v  Mr. Pecut 19 april 2015
Ø  Golkar kubu Agung klaim sah ikut pilkada
Pemilihan kepala dagelan…
Situasi dalam wacana di atas menyatakan bahwa Golkar kubu Agung mengklaim dirinya sah ikut pilkada.
·         Praanggapan
Golkar kubu Agung ikut pilkada
·         Implikatur
Sebaiknya Golkar kubu Agung tidak semena-mena mengklaim dirinya sah ikut pilkada tanpa ada persetujuan dari pihak lain
·         Inferensi
Golkar kubu Agung seenaknya sendiri mengklaim dirinya berhak mengikuti pilkada
Dalam wacana tersebut tidak terdapat Referensi dan Deiksis

Ø  Dibekukan, seluruh kegiatan PSSI tak diakui pemerintah.
Silahkan kalau pengurusnya mau bikin pemerintah tandingan…
Situasi dalam wacana di atas menyatakan bahwa seluruh kegiatan PSSI tak diakui oleh pemerintah
·         Praanggapan
PSSI tidak bisa melakukan kegiatan apa-apa atas izin pemerintah.
·         Implikatur
Seharusnya pemerintah tidak boleh bertindak semena-mena terhadap PSSI
·         Inferensi
Pemerintah tidak memberi izin semua kegiatan yang diadakan oleh PSSI
·         Referensi
Pada kalimat (2), unsur ‘nya’ mengacu pada ‘Anggota PSSI, memiliki referensi yang bersifat endofora yang anafora (merujuk silang pada unsur yang disebut terdahulu). Unsur ‘nya’ sebagai unsur anafora dapat merujuk silang pada kegiatan PSSI (yang dibekukan pemerintah).
·         Deiksis
Deiksis wacana penunjuk anafora yaitu kata “nya” pada kalimat kedua yang merujuk pada anggota PSSI.



SEMOGA BERMANFAAT

JAM ANALOG

 

Blogger news

Blogroll

About